Tips Praktis MENULIS (1)

Langsung saja, berikut ini tips praktis menulis yang kuhimpun dari pengalaman dan berbagai sumber.
Ø  Ekonomislah menggunakan kata.
Terutama penulis pemula, seringkali menuliskan kalimat-kalimat yang teramat panjang.  Kadang disengaja. Berharap kalimatnya lebih indah, puitis dan nyastra, lalu dipanjang-panjangkan. Walhasil justru tak efektif dan susah dipahami. Maka ekonomislah menggunakan kata. Kalau bisa pendek, jangan tulis kalimat panjang. Kalau bisa titik, jangan pakai koma. Kalimat yang pendek-pendek terasa lebih tegas, tajam, juga mudah dipahami.
Coba kau simak contoh berikut ini;
Aku, angin malam dan bulan purnama yang bersinar terang juga Sasi yang mulai hilang akal sehatnya disatukan oleh waktu untuk menyaksikan kegalauan seorang anak manuasia dan menghabiskan malam penuh ketegangan.
Itu adalah penggalan flash fiction penulis pemula. Nah, panjang, ada puitisasisanya, tapi perlu berkali baca dan berpikir keras untuk memahami maksudnya. Bandingkan dengan penggalan cerpen yang pernah kutulis berikut ini;
Bus Jakartanan berhenti. Tiga becak balapan. Yang dua tabrak-menabrak. Pak Kirman Meloncat. Becak ditinggal, kejar orang turun dari bus. Tukang ojek ikut ngebut. Nyerobot. Ternyata sudah dijemput pake mobil. Pak Kirman melongo.
Pada contoh pertama, 30 kata untuk kalimat tunggal. Sedang contoh kedua, cukup 33 kata untuk 9 kalimat. Ya, kalimatnya pendek-pendek, tapi jelas. Malah pada contoh kedua, ada tokoh tersembunyi. Tidak disebutkan, tapi pembaca akan mafhum. Ternyata sudah dijemput pake mobil. Siapa yang dijemput pakai mobil? Tentu saja, calon penumpang becak yang baru turun dari bus.
Dalam proses editing, perlu untuk meneliti kembali, apakah masih ada kalimat-kalimat, atau kata-kata yang tak efektif. Bila masih ada yang tak diperlukan, ya BUANG saja! Tak usah eman. Kejamlah pada naskahmu sendiri.
Ø  Usahakan jangan ada pengulangan.
Doubles are troubles.  Dalam sebuah paragraf, apalagi satu kalimat, kalau bisa jangan ada kata yang tersebut dua kali atau lebih. Tidak mutlak memang. Tapi pengulangan dapat mengurangi rasa dan keindahan.
Bayangkan satu paragraf yang memuat “yang” berulang-ulang. Memuakkan. Maka carilah cara agar tak terjadi pengulangan. Kalau memang harus menjelaskan makna yang sama, gunakan kata yang berbeda. “Lalu” dapat kita ganti dengan “kemudian”, “selanjutnya,” “setelah itu”, atau “sedetik berikutnya.” “Barangkali” atau “bisa jadi” bisa kita gunakan untuk mengganti kata “mungkin.”
Sekali lagi, tidak mutlak. Pengulangan yang disengaja, kadang juga dapat mempercantik bahasa. Tapi secara umum, usahakan, jangan mengulang-ulang kata yang sama. Hal ini juga berlaku untuk kalimat atau pokok bahasan. Jangan sampai ada satu kalimat yang kita tulis berulang-ulang. Hal-hal yang telah kita jelaskan, tak perlu kita sebut-sebut lagi, kecuali memang bertujuan untuk penegasan atau mengingatkan kembali.

Oke, dua dulu. Masih banyak lainnya. Insya Allah, esok kita lanjut.

Engkau pengen jadi PENULIS? Ikuti Kurus Menulis Buku. Insya Allah, banyak banget manfaat kan kau dapat. Lebih lengkap, baca di sini.


0 komentar:

  © Blogger template Writer's Blog by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP